Label

Selasa, 20 Maret 2012

Murtado Macan Kemayoran

Pada zaman penjajahan Belanda, di daerah Kemayoran tinggal se­orang pemuda bernama Murtado. Ayah­nya adalah anak mantan lurah di dae­rah tersebut. Murtado adalah anak yang baik. Ia suka menolong orang yang mem­bu­tuh­­kannya. Maka Murtado disenangi oleh penduduk di kampung tersebut. Selain itu, ia te­kun menuntut ilmu, baik ilmu agama mau­­pun ilmu pengetahuan lainnya. Tak ke­tinggal­an, ilmu bela diri juga dipelajarinya hing­ga ia menjadi seorang jagoan yang rendah hati. Pada waktu itu, keadaan masyarakat di daerah Kemayoran tidak tenteram. Pen­duduk selalu diliputi rasa ketakutan akibat gang­guan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang ber­watak jahat. Belum lagi pajak yang di­tarik oleh Belanda dan Cina sangat mem­­berat­kan. Padahal, sebagian besar pen­duduk adalahpetani miskin dan pe­da­gang kecil-kecilan. Sebenarnya daerah itu dipimpin oleh orang pribumi yang bernama Bek Lihun dan Mandor Bacan. Namun keduanya te­lah menjadi kaki tangan Belanda se­hingga mereka sangat kejam dan hanya me­mikir­kan keuntungan pribadinya saja. Pada suatu hari, di kampung Kema­yoran diadakan derapan padi . Acara itu boleh dilaksanakandengan syarat se­tiap lima ikat padi yang dipotong, satu ikat adalah untuk yang memotong, sedangkan yang empat ikat untukkompeni. Mandor Bacan ditunjuk mengawasi jalannya upacara itu. Dalam upacara itu, ada seorang ga­dis cantik ikut memotong padi. Murtado pun tak ketinggalan ikut di samping gadis ter­sebut. Mereka rupanya sudah lama men­jalin kasih. Tiba-tiba Mandor Bacan me­lihat ke arah gadis itu dan berniat kurang ajar. Niat itu berhasil digagalkan Murtado. Ru­pa­nya Mandor Bacan tidak terima. Lalu terjadi­lah perkelahian. Dalam perkelahian itu Mur­tado memperlihatkan ketinggian ilmu beladirinya, sehingga Mandor Bacan da­pat dikalahkan dan lari terbirit-birit me­ninggalkan tempat itu kemudian melapor kepada Bek Lihun. Mendengar laporan mandornya, Bek Lihun menjadi marah. Berbagai upaya di­lakukan untuk membunuh Murtado. Na­mun semua upaya itu dapat digagalkan Murtado. Sampai suatu hari, Bek Lihun mencoba mencelakai kekasih Murtado. Maka hilang­lah kesabaran Murtado. Di­ten­dang dan di­ha­jar­nya Bek Lihun hingga babak belur. Akhir­nya Bek Lihun minta ampun dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Se­telah kejadian-kejadian itu, maka mulai insyaflah Bek Lihun. Dia mulai menghargai Murtado. Ketika itu beberapa gerombolan pe­rampok di bawah pimpinan Warsa mulai mengganas di Kemayoran. Setiap malam me­rekamerampas harta benda penduduk. Kadang-kadang juga melakukan pem­bu­nuh­an. Menghadapi hal ini Bek Lihun me­rasa kewalahan. Bahkan ia berkali-kali men­­­­­­­­da­pat teguran dari kompeni karena tidak dapat me­njaga keamanan di kam­pung­­nya se­hingga pajak-pajak untuk kom­pe­ni tidak berjalan lancar. Bek Lihun akhirnya meminta bantuan kepada Murtado. Murtado yang menyadari bah­­waia juga bertanggung jawab atas ke­­a­man­an kampung tersebut menyetujui per­­mohonan Bek Lihun. Bersama dua orang teman­nya yang bernama Saomin dan Sar­pin, Murtado mencari markas perampok itu di daerah Tambun dan Bekasi, tetapi tidak ditemu­kan. Kemudian mereka pergi ke dae­rah Kerawang. Di sana ge­rombol­an Warsa dapat dikalahkan. Warsa sen­diri mati da­lam perkelahian itu. Oleh Murtado dan teman-temannya semua ha­sil rampok­an gerombol­an itu diambil dan di­bawa kem­bali ke Ke­­ma­yoran. Kemudian di­kembali­kan lagi ke­pa­da pemiliknya masing-masing. Semua rakyat di daerah Ke­ma­yo­ran berterima kasih danmerasa ber­­hutang budi kepada Murtado. Penguasa Belanda pun sangat meng­­­har­gai jasa-jasa Murtado.Mereka ingin men­g­­­ang­katnya menjadi bek di dae­­rah Ke­­­­­­ma­­­yo­r­an menggantikan Bek Lihun. Tetapi ta­­war­an Belanda ini ditolak Mur­tado, kare­na dia tidak ingin menjadi alat peme­rin­tah jajahan.“Lebih baik hidup sebagai rakyat biasa tetapi ikut menjaga keamanan rak­yat,” gumamnya. Murtado pun aktif ber­­­juang untuk membebaskan rakyat dari ceng­­­­­­­keraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan. Bek: kepala kampung. Derapan padi: panen/memotong padi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar