Jumat, 13 April 2012
Belajar berkata 'cukup'
Alkisah, seorang petani
menemukan sebuah mata
air ajaib.
Mata air itu bisa
mengeluarkan kepingan
uang emas yang tak terhingga banyaknya.
Mata air itu bisa membuat
si petani menjadi kaya
raya seberapapun yang
diinginkannya, sebab
kucuran uang emas itu baru akanberhenti bila si
petani mengucapkan kata
“cukup”. Seketika si petani
terperangah melihat
kepingan uang emas
berjatuhan di depan
hidungnya. Diambilnya
beberapa ember untuk menampung uang kaget
itu.
Setelah semuanya penuh,
dibawanya ke gubug
mungilnya untuk
disimpan di sana. Kucuran uang terus
mengalir sementara si
petani mengisi semua
karungnya, seluruh
tempayannya, bahkan
mengisi penuh rumahnya. Masih kurang!
Dia menggali sebuah
lubang besar untuk
menimbun emasnya.
Belum cukup, dia
membiarkan mata air itu terus mengalir hingga
akhirnya petani itu mati
tertimbun bersama
ketamakannya karena dia
tak pernah bisa berkata
cukup. Kata yang paling sulit
diucapkan oleh manusia
barangkali adalah kata
“cukup”.
Kapankah kita bisa
berkata cukup? Hampir semua pegawai
merasa gajinya belum bisa
dikatakan sepadan dengan
kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu
merasa pendapatan
perusahaannya masih di
bawah target.
Istri mengeluh suaminya
kurang perhatian. Suami berpendapat
istrinya kurang
pengertian.
Anak-anak menganggap
orang tuanya kurang
murah hati. Semua merasa kurang dan
kurang.
Kapankah kita bisa
berkata cukup?
Cukup bukanlah soal
berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan
kepuasan hati.
Cukup hanya bisa
diucapkan oleh orang
yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup
bukan berarti kita
berhenti berusaha dan
berkarya.
“Cukup” jangan diartikan
sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup
membuat kita melihat apa
yang telah kita terima,
bukan apa yang belum
kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan
manusia membuat kita
sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan
diri dengan apa yang ada
pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi
manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata
“Cukup”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar